Wednesday, April 03, 2013

Mengapa bangsa Asia kalah kreatif dari bangsa Barat?



Mengapa bangsa Asia kalah kreatif dari bangsa Barat?

> Prof. Ng Aik Kwang dari University of Queensland, dalam bukunya "Why Asians
> Are Less Creative Than Westerners" yang dianggap kontroversial tapi
> ternyata menjadi "best seller"
> mengemukakan beberapa hal ttg bangsa-bangsa Asia yang telah membuka mata dan
> pikiran banyak orang.
>
>
1. Bagi kebanyakan org Asia, dlm budaya mereka, ukuran sukses dalam hidup
> adalah banyaknya materi yang dimiliki
(rumah, mobil, uang dan harta lain).
> Passion (rasa cinta thdp sesuatu) kurang dihargai. Akibatnya, bidang
> kreatifitas kalah populer oleh profesi dokter, lawyer, dan sejenisnya yang
> dianggap bisa lebih cepat menjadikan seorang utk memiliki kekayaan banyak.
>
>
2. Bagi org Asia, banyaknya kekayaan yg dimiliki lbh dihargai drpd CARA
> memperoleh kekayaan tersebut.
Tidak heran bila lebih banyak orang menyukai
> ceritera, novel, sinetron atau film yang bertema orang miskin jadi kaya
> mendadak karena beruntung menemukan harta karun, atau dijadikan istri oleh
> pangeran dan sejenis itu. Tidak heran pula bila perilaku koruptif pun
> ditolerir/ diterima sbg sesuatu yg wajar.
>
>
3. Bagi org Asia, pendidikan identik dengan hafalan berbasis "kunci jawaban"
> bukan pada pengertian.
Ujian Nasional, tes masuk PT dll semua berbasis
> hafalan. Sampai tingkat sarjana, mahasiswa diharuskan hafal rumus2 Imu pasti
> dan ilmu hitung lainnya bukan diarahkan utk memahami kapan dan bagaimana
> menggunakan rumus rumus tersebut.
>
>
4. Karena berbasis hafalan, murid2 di sekolah di Asia dijejali sebanyak
> mungkin pelajaran.
Mereka dididik menjadi "Jack of all trades, but master of
> none
" (tahu sedikit sedikit ttg banyak hal tapi tidak menguasai apapun).
>
> 5. Karena berbasis hafalan, banyak pelajar Asia bisa jadi juara dlm
> Olympiade Fisika, dan Matematika. Tapi hampir tidak pernah ada org Asia yang
> menang Nobel atau hadiah internasional lainnya yg berbasis inovasi dan
> kreativitas.
>
>
6. Orang Asia takut salah dan takut kalah. Akibat-nya sifat
> eksploratif sbg upaya memenuhi rasa penasaran dan keberanian untuk mengambil
> resiko kurang dihargai.
>
> 7. Bagi kebanyakan bangsa Asia, bertanya artinya bodoh, makanya rasa
> penasaran tidak mendapat tempat dalam proses pendidikan di sekolah.
>
> 8. Karena takut salah dan takut dianggap bodoh, di sekolah atau dalam
> seminar atau workshop, peserta jarang mau bertanya tetapi stlh sesi berakhir
> peserta mengerumuni guru / narasumber utk minta penjelasan tambahan.
>

>
Dalam bukunya Prof.Ng Aik Kwang menawarkan bbrp solusi sbb:
>
> 1. Hargai proses. Hargailah orang karena pengabdiannya bukan karena kekayaannya.
>
> 2. Hentikan pendidikan berbasis kunci jawaban. Biarkan murid memahami bidang
> yang paling disukainya.
>
> 3. Jangan jejali murid dgn banyak hafalan, apalagi matematika. Untuk apa
> diciptakan kalkulator kalau jawaban utk X x Y harus dihapalkan? Biarkan
> murid memilih sedikit mata pelajaran tapi benar2 dikuasainya.
>
> 4. Biarkan anak memilih profesi berdasarkan PASSION (rasa cinta) nya pada
> bidang itu, bukan memaksanya mengambil jurusan atau profesi tertentu yg
> lebih cepat menghasilkan uang
>
> 5. Dasar kreativitas adlh rasa penasaran & berani ambil resiko. AYO
> BERTANYA!
>
> 6. Guru adlh fasilitator, bukan dewa yang harus tahu segalanya. Mari akui
> dgn bangga kalau kita tidak tahu.
>
> 7. Passion manusia adalah anugerah Tuhan..sebagai orang tua kita
> bertanggung-jawab untuk mengarahkan anak kita untuk menemukan passionnya dan
> mensupportnya.
 
 Mudah2an dengan begitu, kita bisa memiliki anak-anak dan cucu yang kreatif, inovatif tapi juga memiliki integritas dan idealisme tinggi tanpa korupsi.


No comments:

Post a Comment